Halaman

Jumat, 09 November 2012

Ketika Raja Dangdut digadang-gadang jadi Capres 2014


Raja Dangdut Rhoma Irama digadang-gadang menjadi calon presiden (Capres) 2014 oleh para Ulama di Jatinegara, Jakarta Timur. Para ulama yang bernaung dalam forum Silaturahim Asatidz, Tokoh dan Ulama (Wasiat Ulama) bertekad untuk mengusung Rhoma sebagai pemimpin Indonesia berikutnya.
"Kami sepakat membuat pernyataan, Insya Allah kita mengusung beliau menuju RI-1. Selama ini kan pemimpinnya nasionalis yang muslim, tapi kalau haji Rhoma Irama ini adalah calon pemimpin muslim yang nasionalis. Jadi itu perbedaannya," ujar ketua Umum Wasiat Ulama KH Fachrurrozy, kepada wartawan, Kamis (8/11).
Fachrurrozy mengungkapkan alasan para ulama mengusung pentolan grup musik Soneta grup tersebut karena ikon umat islam. Jadi, partai islam yang mengusung Rhoma maka elektabilitas partai akan naik.
"Rhoma Irama ikon umat Islam, kalau ada partai Islam yang mengusung, suara-suara partai akan bangkit dan akan naik suaranya," jelas dia.
Partai Islam yang mendukung pun akan membuat cemburu partai Islam lainnya, karena Rhoma memiliki penggemar tersendiri dengan jumlah yang tidak sedikit. Belum lagi, rekam jejak Rhoma sangat tidak diragukan untuk diusung sebagai Capres.
"Karena dia sebagai calon alternatif dari umat islam, maka partai islam yang mengusung pun akan membuat partai lain cemburu," kata dia.
Dalam kesempatan yang dihadiri struktur Wasiat Ulama seluruh Indonesia, Fachrurozy turut menegaskan, pihaknya memiliki cita-cita untuk memajukan bangsa Indonesia. Dikatakannya cita-cita itu dianggap hanya bisa terwujud apabila Indonesia dipimpin oleh sosok beriman kepada Allah, berakhlak, berwawasan luas dan mempunyai keinginan kuat menyempurnakan Indonesia.
"Imam Bonjol, Teuku Umar, Bung Karno, Bung Tomo dan lain sebagainya. Semua itu bukti bahwa umat Islam Indonesia sangat cinta terhadap NKRI dan mencanangkan negara adil makmur," tandasnya.
Seperti diketahui, Rhoma Irama sebagai penyanyi banyak menuai pujian dengan sebutan raja dangdut. pasalnya, Salah satu kehebatan Rhoma memiliki lirik lagu yang sederhana, mampu membangkitkan nostalgia kelas marginal di kota besar.
Namun, bintang terang Rhoma sebagai musisi berbeda ketika dia harus terjun ke politik. Dia menjadi sosok kontroversial. Pada 1977, PPP merekrut Rhoma Irama sebagai salah satu vote getter. Kedekatan PPP dengan Rhoma berlanjut pada 1982. Rhoma tetap tegar bersama PPP meskipun dengan risiko kehilangan kesempatan tampil di RRI dan juga TVRI.
Dalam buku Dangdut Stories karya Andrew M Weintraub, ketika kampanye untuk PPP, Rhoma memelesetkan lagunya yang sangat populer ketika itu, yaitu begadang. Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja, kalau ada perlunya. Pelesetannya jadi Menusuk boleh menusuk, Asal yang ada artinya, Menusuk boleh menusuk, Asal Kabah yang ditusuk.
Sejak itulah lagu-lagu Rhoma seperti Hak Azasi, Rupiah, Udang di Balik Batu, dilarang tampil di TVRI maupun RRI. Pelarangan itu makin mencuatkan popularitas Rhoma Irama. Dangdut pun sempat menjadi simbol perlawanan rezim Orde Baru.
Perlawanan Rhoma mengendor dan pada 1988, setelah 11 tahun absen dia kembali ke TVRI. Rhoma makin dekat dengan kekuasaan hingga kemudian bergabung dengan Golkar. Rhoma sempat terpilih sebagai anggota MPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis tahun 1992. Rhoma pun aktif menjadi juru kampanye Golkar termasuk pada Pemilu 1997. Pada Pemilu 2009, Rhoma kembali ke PPP. Itulah yang membuat dia sempat disebut sebagai kutu loncat karena berpindah-pindah partai politik.
Rhoma menjadi kontroversi pada Pilgub DKI. Dugaan ceramah berbau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang dilakukan Rhoma Irama. Oleh Panwaslu, ceramah Raja Dangdut di masjid Al Isra, Tanjung Duren, itu dinyatakan tidak melanggar.
Pada saat ceramah menyampaikan identitas kedua pasangan calon yang masuk ke putaran kedua. Rhoma Irama menyampaikan kepada jamaah yang seiman dalam hal ini Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, tapi Rhoma Irama tidak menyampaikan visi, misi dan program Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
Saat mengadakan jumpa pers seusai diperiksa Panwaslu sempat menangis terkait dengan isi ceramahnya. Setelah sempat ramai usai Pilgub DKI putaran pertama, Rhoma tak banyak muncul di publik jelang Pilgub DKI putaran kedua.
Sumber: Merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar