Halaman

Minggu, 21 Oktober 2012

hubungan status giji


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Setiap individu memiliki perbedaan dalam banyak hal dengan individu lainnya. Pengalaman kita sehari-hari dan penyelidikan secara empirik pun menyatakan hal yang sama tentang hal ini, bahwa individu memang berdeda-beda. Sebagai contoh dalam lingkungan sekolah, kita akan segera dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan itu jika kita membandingkan kemampuan siswa satu dengan siswa lainnya. Ada siswa yang mampu berlari cepat, ada juga yang lambat, atau ada pula siswa yang belajar gerak dengan cepat, ada juga yang nampak kesulitan.
Aspek yang berhubungan langsung dengan perbedaan kemampuan gerak itu sendiri adalah faktor kemampuan (ability). Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terbentuknya keterampilan dari seseorang. Kemampuan gerak (motor ability) menurut Singer (1980) adalah keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga.
Singer (1980) mengidentifikasikan kemampuan gerak ini menjadi empat kemampuan yang bersifat langsung berhubungan dengan keterampilan olahraga, yaitu:
1.      Koordinasi
2.      Kinestetis
3.      Keseimbangan
4.      Kecepatan gerak
Koordinasi dianggap sebagai kemampuan untuk mengontrol bagian-bagian tubuh yang terpisah yang terlibat di dalam suatu pola gerakan yang kompleks dan menyatukan bagian-bagian tersebut dalam upaya yang tunggal, halus dan berhasil untuk mencapai tujuan. Kinestetis atau disebut juga poprioceptif umumnya menunjukkan pada kemampuan indera untuk memberikan informasi tentang posisi tubuh dalam ruang dan hubungannya dengan bagian-bagian tubuhnya. Keseimbangan adalah kemampuan untuk memelihara posisi tubuh. Karena posisi tubuh bisa berubah-ubah, maka kemampuan dalam menjaga posisinya ini dibedakan antara keseimbangan statis (pada saat diam) dan keseimbangan dinamis (pada saat badan bergerak). Sedangkan kecepatan gerak adalah kemampuan untuk memindahkan tubu atau anggotanya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dari penjelasan diatas bahwa kemampuan gerak merupakan keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. Tidak akan menampilkan performa yang terbaik apabila siswa mengalami kesehatan yang kurang baik. Karena kesehatan merupakan kunci dalam melakukan berbagai aktifitas.
Kesehatan ini didapat dari asupan gizi yang berkualitas. Anak yang sehat berarti mempunyai banyak tenaga untuk bergerak, seperti bermain maupun bekerja,  termasuk belajar karena dalam proses pembelajaran siswa diharuskan untuk dapat berkonsentrasi kepada materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, asupan gizi akan berdampak pada kinerja fisik siswa dalam menjalani rutinitas. Karena zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja fisik untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Asupan gizi yang berkualitas merupakan hal terpenting bagi sumber tenaga. Terutama bagi siswa yang sering atau suka melakukan olahraga, karena dalam olahraga terdapat banyak unsur-unsur kemampuan fisik yang diperlukan untuk mencapai hasil yang efisien dalam belajar gerak. Seperti daya tahan, kekuatan,kelentukan dan kelincahan. Dilihat dari banyaknya unsur-unsur tersebut maka asupan gizi bagi siswa sangat penting agar dalam melakukan aktifitas gerak mereka tidak akan merasakan kelelahan yang berarti sehingga dalam proses pembelajaran siswa mampu melakukan gerakan dengan baik dan benar. Sinclair (1991) mengatakan bahwa kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan status gizi baik anak perempuan maupun anak laki-laki.
Sedangkan bagi anak yang kondisi status gizinya kurang baik akan mengalami kemalasan dalam bergerak, badan akan terasa lemah yang berakibat pada kurangnya minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Sutjiningsih (1998) mengatakan bahwa tanda anak-anak yang mengalami gangguan gizi salah adalah hilangnya minat untuk melakukan kegiatan fisik dan kelincahan dalam bergerak.
Untuk itu, sudah selayaknya para orangtua, guru dan masyarakat pada umumnya perlu memahami karakter dan manfaat berbagai zat gizi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar anak disekolah terutama dalam pelajaran pendidikan jasmani.
Dengan pembahasan masalah di atas, bahwa asupan gizi akan mempengaruhi proses belajar siswa. Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian agar dapat diperoleh gambaran yang jelas dan objektif terhadap pembahasan tersebut dan hasilnya akan mengisi laporan penulisan skripsi yang diajukan sebagai salah satu syarat kesarjanaan penulis. Adapun judul yang dimaksud adalah  :  “Hubungan Status Gizi dengan General Motor Ability Pada Siswa Putra Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis”.
B.         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
Ø  Apakah ada hubungan antara status gizi dengan general motor ability pada siswa putra kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis?
C.        Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Ø  Untuk mengetahui Apakah ada hubungan antara status gizi dengan general motor ability pada siswa putra kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis.
D.        Manfaat Penelitian
Dengan telah dilakukannya penelitian Hubungan Status Gizi dengan General Motor Ability Pada Siswa Putra Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, bagi diri sendiri, lembaga, instansi pemerintah maupun bagi siswa. Adapun harapan yang diinginkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan jasmani.
2.      Manfaat Praktis
a.       Sebagai bahan masukan bagi guru Pendidikan Penjas, kepala sekolah dan praktisi pendidikan  dalam mengetahui pentingnya asupan gizi bagi para siswa.
b.      Literatur bagi para pembaca yang akan menyelidiki hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan prestasi belajar.
E.         Batasan Masalah
Penulis membatasi penelitian untuk menghindari timbulnya penafsiran yang menyimpang dan untuk memudahkan peneliti serta mendapatkan hasil yang aktual. Pembahasan penelitian tersebut adalah  Hubungan Status Gizi dengan General Motor Ability Pada Siswa Putra Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis”.
F.         Pembatasan Istilah
Agar dalam penelitian ini tidak terjadi salah penafsiran, oleh karena itu dalam penelitian ini penulis membatasi istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1.      Hubungan. Menurut sudjana (1993:367) bahwa, “studi yang membahas tentang derajat hubungan antara variabel-variabel dikenal dengan nama analisis korelasi. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama untuk data kuantitatif, dinamakan koefisien korelasi.” Hubungan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya ikatan atau kaitan antara dua atau beberapa variabel. Besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (r).
2.     Status Gizi. Suhardjo (1983), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan
3.      General Motor Ability. Nurhasan (2007) adalah kemampuan umum seseorang untuk bergerak. Secara lebih spesifik mengenai pengertian motor ability adalah kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam olahraga.

G.         Anggaran Dasar dan Hipotesis
kemampuan gerak merupakan keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. siswa tidak akan menampilkan performa yang terbaik apabila mengalami kesehatan yang kurang baik. Karena kesehatan merupakan kunci dalam melakukan berbagai aktifitas.
Kesehatan ini didapat dari asupan gizi yang berkualitas. Anak yang sehat berarti mempunyai banyak tenaga untuk bergerak, seperti bermain maupun bekerja,  termasuk belajar karena dalam proses pembelajaran siswa diharuskan untuk dapat berkonsentrasi kepada materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, asupan gizi akan berdampak pada kinerja fisik siswa dalam menjalani rutinitas. Karena zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja fisik untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Dari anggapan dasar diatas penulis berhipotesis bahwa status gizi memiliki hubungan dengan kemampuan gerak (motor ability) anak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sinclair (1991) bahwa kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan status gizi baik anak perempuan maupun anak laki-laki.







BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Status Gizi
1.    Pengertian Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi. Selain kesehatan, gizi juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja.
Daly, et al. (1979) berpendapat tentang apa saja yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan. Ketiga faktor tersebut akan berdampak pada kualitas keadaan gizi yang direfleksikan kedalam kesehatan.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Variabel yang dimaksud, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai.
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsir, 2001).
Apabila tubuh tidak memperoleh zat-zat gizi yang cukup, maka akan terjadi malnutrition atau gizi salah. Malnutrition merupakan keadaaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan gizi secara relatif maupun absolut satu atau lebih dari zat gizi. Supriasa (2001) membagi malnutrition menjadi empat bentuk, yaitu :
1.      Under Nutrition. Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu.
2.      Specific Defisiency. Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe dan lain-lain.
3.      Over Nutrition. Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
4.      Imbalance. Karena disproporsi zat gizi, misalnya ; kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Desity lipoprotein), HDL (High Desity lipoprotein) dan VLDL (Very Low Desity lipoprotein).
2.    Penilaian Status Gizi.
Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi dilakukan dengan interpretasi informasi  dari hasil beberapa metode penilaian status gizi yaitu: penilaian konsumsi makanan, antropometri, laboratorium/biokimia dan klinis (Gibson, 2005). Diantara beberapa metode tersebut, pengukuran antropometri adalah relatif paling sederhana dan banyak dilakukan (Soekirman, 2000). Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk.
Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan cara mengukur : tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh (triceps, biseps, subscapula dan suprailiaca). Adapun keunggulan dan kelemahan dari antropometri, yaitu :
a.    Keunggulan Antropometri Gizi
1.         Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
2.         Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri.
3.         Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama dan dapat dipesan serta dibuat di daerah setempat.
4.         Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
5.         Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
6.         Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
7.         Metod eantropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
8.         Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
b.    Kelemahan Antropometri Gizi
1.      Tidak sensitif.
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.
2.      Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
3.      Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validasi pengukuran antropometri gizi.
4.      Kesalahan ini terjadi karena :
·         Pengukuran
·         Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
·         Analisis dan asumsi yang keliru.
5.      Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan :
·         Latihan petugas yang tidak cukup
·         Kesalahan alat atau lat tidak tertera
·         Kesulitan pengukuran
Menurut WHO (1983) hanya tiga parameter saja yang dianggap valid; berat badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar menentukan status gizi disebut parameter. Menurut WHO (1990) indeks status gizi adalah gabungan dua parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi. Sehingga dari parameter yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks; Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Lingkaran Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).
a.         Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan massa jaringan. Massa jaringan memiliki sifat sensitif, artinya cepat berubah. Perubahan yang terjadi pada lingkungan akan terlihat langsung pada massa jaringan. Misalnya seorang anak makan lebih dari biasanya dalam 2 atau 3 hari akan terlihat langsung penambahan berat badannya. Atau sebaiknya apabila terjadi penyakit (misalnya diare) maka berat badan akan langsung turun drastis. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi saat ini.
b.         Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak sepeprti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.


c.         Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.
d.        Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang ukan profesional. Lingkar lengan atas merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu lengkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat ini.
Indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga digunakan untuk pengukuran status gizi.
Penggunaan lingkar lengan atas sebagai indikator status gizi, disamping digunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya LLA/U dan LLA/TB yang juga sering disebut Quack Stick.
B.     General Motor Ability
1.        Pengertian
General motor ability secara harfiah berarti kemampuan gerak dasar. Motor ability menurut Nurhasan (2007) adalah kemampuan umum seseorang untuk bergerak. Secara lebih spesifik mengenai pengertian motor ability adalah kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam olahraga.
Untuk mengukur kemampuan gerak dasar seseorang, diperlukan adanya tes. Johnson dan Nelson (1969) mengemukakan mengenai tes motor ability terdiri dari beberapa jenis butir tes yang mengukur mengenai aspek kecepatan, daya, kelincahan, koordinasi mata dan tangan serta keseimbangan. Disamping itu kadang-kadang terdapat butir-butir tes yang mengukur mengenai aspek kekuatan dan endurance.
Johnson dan Nelson (1969), mengemukakakn tentang kegunaan tes motor ability adalah sebagai berikut :
a.    Sebagai alat untuk mengkelompokkan siswa-siswa ke dalam kelompok yang homogen.
b.    Sebagai alat untuk mendiagnosa terhadap kekurangan-kekuranagn mengenai kemampuan gerak
c.    Sebagai bentuk motivasi siswa, sehingga ia mampu menilai status dirinya dan catatan mengenai pengembangannya.
d.   Sebagai salah satu dari sekian banyak pengukuran untuk prognosis tujuan.
e.    Sebagai suatu tes kemampuan fisik (physical achievement).

2.        Jenis Tes General Motor Ability
a.         Carpenter Motor Ability Tes
Tujuan
:
Mengukur kemampuan gerak secara umum siswa-siswi sekolah dasar kelas 1, 2 dan 3 untuk laki-laki dan perempuan.
Perlengkapan/alat
:
Matras, pita pengukur, peluru yang beratnya 4 Lbs. dan formulir tes.
Butir-butir tes
:
1.         Standing Broad jump
2.         Shot-put
3.         Berat badan

b.         Barrow Motor Ability Tes
Tujuan
:
Membuat klasifikasi, bimbingan dan penentuan prestasi.
Level
:
Mahasiswa pria, siswa pria sekolah Menengah Atas dan siswa Sekolah Menengah Pertama
Perlengkapan/alat
:
Matras, pita pengukur, bola Soft Ball, stop watch, bola basket dan tongkat.
Butir-butir tes
:
1.      Standing Broad jump
2.         Soft Ball Throw
3.         Zig-zag Run
4.         Wall Pass
5.         Medicine Ball Put
6.         Lari cepat 50 meter

C.    Status Gizi dan General Motor Ability
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Variabel yang dimaksud, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai.
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsir, 2001).
Sinclair (1991) mengatakan bahwa kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan status gizi baik anak perempuan maupun anak laki-laki. Untuk mengukur status gizi diantara beberapa metode, pengukuran antropometri adalah relatif paling sederhana dan banyak dilakukan (Soekirman, 2000). Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Dan untuk mengetahui kemampuan gerak siswa peneliti menggunakan Barrow Motor Ability Tes, dimana penjelasannya sebagai berikut :
Tujuan
:
Membuat klasifikasi, bimbingan dan penentuan prestasi.
Level
:
Mahasiswa pria, siswa pria sekolah Menengah Atas dan siswa Sekolah Menengah Pertama
Perlengkapan/alat
:
Matras, pita pengukur, bola Soft Ball, stop watch, bola basket dan tongkat.
Butir-butir tes
:
1.         Standing Broad jump
2.         Soft Ball Throw
3.         Zig-zag Run
4.         Wall Pass
5.         Medicine Ball Put
6.         Lari cepat 50 meter














BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.        Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian yang akan penulis lakukan adalah berusaha untuk mencari hubungan antara status gizi dengan general motor ability siswa SMA Negeri 1 Ciamis. Untuk mengungkapkan permasalahan ini, maka digunakan metode deskriptif. Metode ini dipilih karena sesuai dengan yang dilakukan, yaitu bersifat menggambarkan data yang ada, dalam hal ini Surakhmad (1990:139) menyatakan bahwa,
“penelitian deskriptif bertujuan pada pemecahan masalah yang ada sekarang ........ pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data itu. Karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tersebut”
Sesuai dengan penjelasan diatas, dalam penyelesaian penelitian ini, penulis melakukan beberapa langkah, yaitu :
1.      Proses pengumpulan data yang diperlukan.
2.      Menganalisis hasil pengolahan data kemudian dilakukan interprestasi berdasarkan teori atau konsep untuk melihat hubungan antara fakta.
3.      Melaporkan hasil penelitian secara keseluruhan dalam bentuk penulisan skripsi
B. Desain Penelitian 
Untuk memudahkan perolehan data yang signifikan, penulis menetapkan analisis datanya dengan teknik korelasional. Mengenai makna dari korelasional ini dijelaskan oleh Sudjana (1992:78) sebagai berikut :
“Makna dari korelasi yang dinotasikan dalam huruf r (kecil) mengandung tiga hal. Pertama, kekuatan hubungan antara variabel, kedua signifikansi statistik hubungan kedua variabel tersebut dan ketiga arah korelasi.
Kekuatan hubungan dapat dilihat dari besar kecilnya indeks korelasi. Nilai yang mendekati nol berarti lemahnya hubungan dan sebaliknya nilai yang mendekati satu menunjukkan kuatnya hubungan.”
C. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian, istilah populasi berarti keseluruhan objek yang akan kita teliti baik berupa manusia, benda, maupun nilai tidak menutup kemungkinan peristiwa pun biasa jadi sebagai populasi. bertolak dari pendapat yang telah saya kemukakan di atas maka saya akan mengambil yang menjadi populasi dalam penelitian yang saya buat adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis.
Istilah sampel tidak lain adalah bagian dari populasi yang kita ambil dengan sampel tertentu sehingga nantinya akan menjadi representatif, sehingga nantinya populasi ini akan dijadikan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI.
E.    Teknik Pengambilan Data dan Analisis Data
Teknik pengambilan data status gizi dilakukan menggunakan pengukuran Anthropometri dan General Motor Ability menggunakan Barrow Motor Ability Tes.
1.      Antropometri
Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan cara mengukur : tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh (triceps, biseps, subscapula dan suprailiaca). Indeks penilaian yang dianjurkan oleh WHO adalah BB/TB, karena menggambarkan keadaan masalah gizi waktu sekarang, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas dan klasifikasi status gizi.
Ambang batas menggunakan persen terhadap median. Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengna persnetil 50. Milai median ini dinyatakan dengan 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas.
Klasifikasi status gizi menurut rekomendasi Lokakarya antropometri (1975) serta Puslitbang Gizi (1978). Baku yang digunakan adalah Harvard.
Kategori
BB/TB
Gizi Baik
100 - 90
Gizi Kurang
<90 - 70
Gizi Buruk
<70

2.      Barrow Motor Ability Tes
Administrasi tes.
a.         Standing Broad Jump
Tujuan
:
Mengukur komponen otot tungkai
Alat/fasilitas
:
Pita ukur, bak pasir/matras, bendera juri
Pelaksanaan
:
Orang coba berdiri pada papan tolak dengan lutut ditekuk sampai membentuk sudut ± 45o kedua lengan lurus ke belakang. Kemudian orang coba menolak ke depan dengan kedua kaki sekuat-kuatnya dan mendarat dengan kedua kaki. Orang coba diberi kesempatan 3 (tiga) kali percobaan.
Skor
:
Jarak lompatan terbaik yang diukur mulai dari dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/badan yang terdekat dengan papan tolak, dari 3 kali percobaan.

b.         Soft Ball Throw
Tujuan
:
Mengukur power otot lengan
Alat/fasilitas
:
Bola soft ball dan pita pengukur
Pelaksanaan
:
Subyek melemparkan bola soft ball sejauh mungkin di belakang garis batas. Subyek diberi kesempatan melempar sebanyak tiga kali lemparan.
Skor
:
Jarak lemparan yang terjauh dari ketiga lemparan dan dicatat mendekati kaki.

c.         Zig-zag Run
Tujuan
:
Mengukur kelincahan gerak seseorang
Alat/fasilitas
:
Tonggak, stop watch dan diagram
Pelaksanaan
:
Subyek berdiri di belakang garis start, bila ada aba-aba “ya”, ia lari secepat mungkin mengikuti arah panah sesuai dengan diagram sampai batas finish, subyek diberi kesempatan melakukan tes ini sebanyak 3 kali.
Gagal bila menggeserkan tonggak tidak sesuai pada diagram tes tersebut.
Skor
:
Catat waktu tempuh terbaik dari 3 kali percobaan dan dicatat sampai sepersepuluh detik.

Diagram Lapangan Tes


d.        Wall Pass
Tujuan
:
Mengukur koordinasi mata dengan tangan
Alat/fasilitas
:
Bola basket dan Stop watch serta dinding tembok
Pelaksanaan
:
Subyek berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola basket dengan kedua tangan di depan dada. Bila aba-aba “ya” diberikan, subyek dengan segera melakukan lempar-tangkap ke dinding selama 15 detik.

Diagram Lapangan Tes







e.         Medicine Ball Put
Tujuan
:
Mengukur power otot lengan
Alat/fasilitas
:
Bola medicine (6 pound), pita ukuran, bendera juri
Pelaksanaan
:
Subyek berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola di depan dada dengan badan condong ± 45o. Kemudian bola didorong ke depan secepat dan sekuat mungkin sebanyak 3 kali lemparan.

f.          Lari Cepat 50 meter
Tujuan
:
Mengukur kecepatan
Alat/fasilitas
:
Stop watch, lintasan yang berjarak 60 yard
Pelaksanaan
:
Subyek lari secepat mungkin, dengan menempuh jarak 60 yard.
Subyek diberi kesempatan melakukan tes ini hanya satu kali.
Skor
:
Waktu dari mulai aba-aba “ya” sampai subyek tersebut melewati finish. Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik.

2,2 (Standing Broad Jump) + 1,6 (Soft Ball Throw) + 1,6 (Zig-zag Run) + 1,3 (Wall Pass) + 1,2 ( Medicine Ball Put) + Lari cepat 50 meter.

 
Cara menskor keseluruhan digunakan rumus (General Ability Scoring), yaitu :



Analisis data menggunakan rumus-rumus statistik berdasarkan kutipan dari buku ”Statistik” karangan Sudjana (1996 : 67) dengan langkah-langkah berikut :
1.    Menghitung rata-rata ()Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
()         =            nilai rata-rata yang dicari
      = jumlah skor yang didapat
n              =            banyaknya sampel

2.    Menghitung Standar Deviasi dengan menggunakan rumus :
S = 
Keterangan :
S                 =  simpang baku
            = jumlah
Xi                    =  nilai data
              =   nilai rata-rata
n               =   banyaknya sampel
3.    Menguji normalitas.
Uji normalitas yang dipakai adalah uji normalitas Lilliefors Rumus dengan langkah sebagai berikut, Sudjana (1996 : 466) :
a.              Menyusun data dan menentukan rangking skor dari yang terkecil sampai skor yang terbesar
b.             Pengamatan X1, X2, X3, ......... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3 ........ Zn dengan menggunakan rumus : Z =    (X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
c.              Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang : F = P (Z < Zi). F sebagai distribusi dan P adalah peluang
d.        Berikut menghitung proporsi Z1, Z2, Z3 ........ Zn  yang lebih kecil atau sama dengan Zi.
e.         Hitung selisih F(Zi)-S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
f.         Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar itu L0.
Pengujian untuk mengetahui menerima atau menolaknya H0 kita bandingkan L0 ini dengan kritis L yang diambil dari daftar yang sesuai dengan taraf nyata yang dipilih. Kriterianya adalah H0 bahwa populasi berdistribusi normal, jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya ditolak.
4.    Mencari korelasi antara variabel penelitian dengan menggunakan rumus :
r     =

Setelah diketahui korelasi dari setiap variabel penelitian dilanjutkan dengan pengujian signifikansi koefisien korelasi dengan cara melihat tabel “Product Moment” dengan kriteria sebagai berikut : terima H0 bila r hitung lebih kecil dari r tabel dan sebalikya tolak H0 bila r hitung lebih besar dari r tabel.
§  Hipotesis ditolak apabila L0 > Ltabel. Kesimpulannya adalah populasi berdistribusi tidak normal.
§  Hipotesis diterima apabila L0 < Ltabel. Kesimpulan adalah populasi berdistribusi.
5.    Menguji signifikansi koefisien korelasi dengan rumus :
t =     dengan kriteria :
Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n-2) dalam hal lainnya H0 ditolak.
6.    Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisian determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi yang ditemukan, kemudian dikalikan dengan 100. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi atau hubungan diantara variabel penelitian. Menghitung koefisien determinasi menggunakan rumus : r2 = r2 x 100%.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Nurhasan, M.Pd._____. Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Program Studi PJKR Unigal
Drs. Nurhasan, M.Pd.2001.Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan penerapannya. Direktorat Jenderal Olah Raga: Jakarta Pusat
Supriasa, I Dewa Nyoman.2001. Penilaian Status Gizi. EGC:Jakarta.
Irianto, Djoko Pekik. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. C.V Andi Offset : Yogyakarta.
Mahendra, Agus.2007.Teori Belajar Mengajar Motorik.FPOK UPI Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar