BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap individu memiliki perbedaan dalam
banyak hal dengan individu lainnya. Pengalaman kita sehari-hari dan
penyelidikan secara empirik pun menyatakan hal yang sama tentang hal ini, bahwa
individu memang berdeda-beda. Sebagai contoh dalam lingkungan sekolah, kita
akan segera dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan itu jika kita
membandingkan kemampuan siswa satu dengan siswa lainnya. Ada siswa yang mampu
berlari cepat, ada juga yang lambat, atau ada pula siswa yang belajar gerak
dengan cepat, ada juga yang nampak kesulitan.
Aspek yang berhubungan langsung dengan
perbedaan kemampuan gerak itu sendiri adalah faktor kemampuan (ability).
Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terbentuknya
keterampilan dari seseorang. Kemampuan gerak (motor ability) menurut Singer
(1980) adalah keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi
keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga.
Singer (1980) mengidentifikasikan
kemampuan gerak ini menjadi empat kemampuan yang bersifat langsung berhubungan
dengan keterampilan olahraga, yaitu:
1.
Koordinasi
2.
Kinestetis
3.
Keseimbangan
4.
Kecepatan gerak
Koordinasi dianggap sebagai kemampuan
untuk mengontrol bagian-bagian tubuh yang terpisah yang terlibat di dalam suatu
pola gerakan yang kompleks dan menyatukan bagian-bagian tersebut dalam upaya
yang tunggal, halus dan berhasil untuk mencapai tujuan. Kinestetis atau disebut
juga poprioceptif umumnya menunjukkan pada kemampuan indera untuk memberikan
informasi tentang posisi tubuh dalam ruang dan hubungannya dengan bagian-bagian
tubuhnya. Keseimbangan adalah kemampuan untuk memelihara posisi tubuh. Karena
posisi tubuh bisa berubah-ubah, maka kemampuan dalam menjaga posisinya ini
dibedakan antara keseimbangan statis (pada saat diam) dan keseimbangan dinamis
(pada saat badan bergerak). Sedangkan kecepatan gerak adalah kemampuan untuk
memindahkan tubu atau anggotanya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dari penjelasan diatas bahwa kemampuan
gerak merupakan keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai
variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. Tidak akan
menampilkan performa yang terbaik apabila siswa mengalami kesehatan yang kurang
baik. Karena kesehatan merupakan kunci dalam melakukan berbagai aktifitas.
Kesehatan ini didapat dari asupan gizi
yang berkualitas. Anak yang sehat berarti mempunyai banyak tenaga untuk bergerak,
seperti bermain maupun bekerja, termasuk
belajar karena dalam proses pembelajaran siswa diharuskan untuk dapat
berkonsentrasi kepada materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, asupan gizi
akan berdampak pada kinerja fisik siswa dalam menjalani rutinitas. Karena zat
gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja fisik untuk melakukan
aktifitas sehari-hari.
Asupan gizi yang berkualitas merupakan
hal terpenting bagi sumber tenaga. Terutama bagi siswa yang sering atau suka melakukan
olahraga, karena dalam olahraga terdapat banyak unsur-unsur kemampuan fisik
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang efisien dalam belajar gerak. Seperti
daya tahan, kekuatan,kelentukan dan kelincahan. Dilihat dari banyaknya unsur-unsur
tersebut maka asupan gizi bagi siswa sangat penting agar dalam melakukan
aktifitas gerak mereka tidak akan merasakan kelelahan yang berarti sehingga
dalam proses pembelajaran siswa mampu melakukan gerakan dengan baik dan benar.
Sinclair (1991) mengatakan bahwa kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh keadaan
kesehatan dan status gizi baik anak perempuan maupun anak laki-laki.
Sedangkan bagi anak yang kondisi status
gizinya kurang baik akan mengalami kemalasan dalam bergerak, badan akan terasa
lemah yang berakibat pada kurangnya minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
Sutjiningsih (1998) mengatakan bahwa tanda anak-anak yang mengalami gangguan
gizi salah adalah hilangnya minat untuk melakukan kegiatan fisik dan kelincahan
dalam bergerak.
Untuk itu, sudah selayaknya para
orangtua, guru dan masyarakat pada umumnya perlu memahami karakter dan manfaat
berbagai zat gizi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar anak disekolah
terutama dalam pelajaran pendidikan jasmani.
Dengan pembahasan masalah di atas, bahwa
asupan gizi akan mempengaruhi proses belajar siswa. Maka dari itu peneliti akan
melakukan penelitian agar dapat diperoleh gambaran yang jelas dan objektif
terhadap pembahasan tersebut dan hasilnya akan mengisi laporan penulisan
skripsi yang diajukan sebagai salah satu syarat kesarjanaan penulis. Adapun
judul yang dimaksud adalah : “Hubungan
Status Gizi dengan General Motor Ability Pada Siswa Putra Kelas XI Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Ciamis”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
Ø Apakah ada hubungan antara status gizi dengan general motor ability pada siswa putra kelas
XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Ø Untuk mengetahui Apakah ada hubungan antara status
gizi dengan general motor ability pada
siswa putra kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis.
D.
Manfaat
Penelitian
Dengan telah
dilakukannya penelitian Hubungan Status Gizi dengan General Motor Ability Pada Siswa Putra
Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis. Semoga hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, bagi diri sendiri,
lembaga, instansi pemerintah maupun bagi siswa. Adapun harapan yang diinginkan
oleh penulis adalah sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang
pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan jasmani.
2.
Manfaat Praktis
a.
Sebagai bahan
masukan bagi guru Pendidikan Penjas, kepala sekolah dan praktisi pendidikan dalam mengetahui pentingnya asupan gizi bagi
para siswa.
b.
Literatur bagi
para pembaca yang akan menyelidiki hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan
prestasi belajar.
E.
Batasan Masalah
Penulis membatasi
penelitian untuk menghindari timbulnya penafsiran yang menyimpang dan untuk
memudahkan peneliti serta mendapatkan hasil yang aktual. Pembahasan penelitian
tersebut adalah “Hubungan Status Gizi dengan General Motor Ability Pada Siswa Putra Kelas
XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis”.
F.
Pembatasan
Istilah
Agar dalam penelitian ini tidak terjadi
salah penafsiran, oleh karena itu dalam penelitian ini penulis membatasi
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1.
Hubungan.
Menurut sudjana (1993:367) bahwa, “studi yang membahas tentang derajat hubungan
antara variabel-variabel dikenal dengan nama analisis korelasi. Ukuran yang
dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama untuk data kuantitatif,
dinamakan koefisien korelasi.” Hubungan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya ikatan atau kaitan antara dua atau beberapa variabel.
Besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien
korelasi (r).
2.
Status Gizi. Suhardjo (1983),
status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan
penggunaan makanan
3.
General Motor
Ability. Nurhasan (2007) adalah kemampuan umum seseorang untuk bergerak. Secara
lebih spesifik mengenai pengertian motor ability adalah kapasitas seseorang
untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam
olahraga.
G.
Anggaran Dasar dan Hipotesis
kemampuan gerak merupakan keadaan segera
dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya
dalam kegiatan olahraga. siswa tidak akan menampilkan performa yang terbaik
apabila mengalami kesehatan yang kurang baik. Karena kesehatan merupakan kunci
dalam melakukan berbagai aktifitas.
Kesehatan ini didapat dari asupan gizi
yang berkualitas. Anak yang sehat berarti mempunyai banyak tenaga untuk
bergerak, seperti bermain maupun bekerja,
termasuk belajar karena dalam proses pembelajaran siswa diharuskan untuk
dapat berkonsentrasi kepada materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, asupan
gizi akan berdampak pada kinerja fisik siswa dalam menjalani rutinitas. Karena
zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja fisik untuk melakukan
aktifitas sehari-hari.
Dari anggapan dasar diatas penulis
berhipotesis bahwa status gizi memiliki hubungan dengan kemampuan gerak (motor
ability) anak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sinclair (1991)
bahwa kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan status gizi
baik anak perempuan maupun anak laki-laki.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Status
Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
organ-organ, serta menghasilkan energi. Selain kesehatan, gizi juga dikaitkan
dengan potensi ekonomi
seseorang karena gizi
berkaitan dengan perkembangan
otak, kemampuan belajar
dan produktivitas kerja.
Daly, et al. (1979) berpendapat
tentang apa saja yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan
tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan
tersedianya bahan makanan. Ketiga faktor tersebut akan berdampak pada kualitas
keadaan gizi yang direfleksikan kedalam kesehatan.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu. Variabel yang dimaksud, yaitu berat badan,
tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang
tungkai.
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup
zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal
yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsir, 2001).
Apabila tubuh tidak memperoleh zat-zat
gizi yang cukup, maka akan terjadi malnutrition atau gizi salah. Malnutrition
merupakan keadaaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan gizi secara
relatif maupun absolut satu atau lebih dari zat gizi. Supriasa (2001) membagi
malnutrition menjadi empat bentuk, yaitu :
1. Under
Nutrition. Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode
tertentu.
2. Specific
Defisiency. Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A,
yodium, Fe dan lain-lain.
3. Over
Nutrition. Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
4. Imbalance.
Karena disproporsi zat gizi, misalnya ; kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL (Low Desity lipoprotein), HDL (High Desity lipoprotein) dan
VLDL (Very Low Desity lipoprotein).
2. Penilaian Status Gizi.
Untuk menentukan status gizi seseorang
atau kelompok populasi dilakukan dengan interpretasi informasi dari hasil
beberapa metode penilaian status gizi yaitu: penilaian konsumsi makanan,
antropometri, laboratorium/biokimia dan klinis (Gibson, 2005). Diantara
beberapa metode tersebut, pengukuran antropometri adalah relatif paling
sederhana dan banyak dilakukan (Soekirman, 2000). Melalui pengukuran
antropometri, status gizi anak dapat ditentukan apakah anak tersebut tergolong
status gizi baik, kurang atau buruk.
Secara umum antropometri berarti ukuran
tubuh manusia. Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan cara mengukur : tinggi
badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh (triceps, biseps,
subscapula dan suprailiaca). Adapun keunggulan dan kelemahan dari antropometri,
yaitu :
a. Keunggulan
Antropometri Gizi
1.
Prosedurnya sederhana, aman dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
2.
Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli,
tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat
melakukan pengukuran antropometri.
3.
Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama
dan dapat dipesan serta dibuat di daerah setempat.
4.
Metode ini tepat dan akurat, karena
dapat dibakukan.
5.
Umumnya dapat mengidentifikasi status
gizi sedang, kurang dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
6.
Dapat mendeteksi atau menggambarkan
riwayat gizi di masa lampau.
7.
Metod eantropometri dapat mengevaluasi
perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
8.
Metode antropometri gizi dapat digunakan
untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
b. Kelemahan
Antropometri Gizi
1. Tidak
sensitif.
Metode
ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di samping itu
tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.
2. Faktor
di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
3. Kesalahan
yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan
validasi pengukuran antropometri gizi.
4. Kesalahan
ini terjadi karena :
·
Pengukuran
·
Perubahan hasil pengukuran baik fisik
maupun komposisi jaringan
·
Analisis dan asumsi yang keliru.
5. Sumber
kesalahan, biasanya berhubungan dengan :
·
Latihan petugas yang tidak cukup
·
Kesalahan alat atau lat tidak tertera
·
Kesulitan pengukuran
Menurut WHO (1983) hanya tiga parameter
saja yang dianggap valid; berat badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas.
Satu ukuran tubuh sebagai dasar menentukan status gizi disebut parameter.
Menurut WHO (1990) indeks status gizi adalah gabungan dua parameter
antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi. Sehingga dari parameter
yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks; Berat Badan menurut Umur
(BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
dan Lingkaran Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).
a.
Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan
massa jaringan. Massa jaringan memiliki sifat sensitif, artinya cepat berubah.
Perubahan yang terjadi pada lingkungan akan terlihat langsung pada massa jaringan.
Misalnya seorang anak makan lebih dari biasanya dalam 2 atau 3 hari akan
terlihat langsung penambahan berat badannya. Atau sebaiknya apabila terjadi
penyakit (misalnya diare) maka berat badan akan langsung turun drastis. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan
status gizi saat ini.
b.
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan
tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak sepeprti
berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktu pendek. Pengaruh zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu
yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini
menggambarkan status gizi masa lalu.
c.
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang
linier dengan tinggi badan. Dalam keadaaan normal, perkembangan berat badan
akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife
pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status
gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat
ini.
d.
Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar
lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat
sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang ukan profesional. Lingkar lengan
atas merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh
karena itu lengkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat ini.
Indeks
lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2
sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar
lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat
juga digunakan untuk pengukuran status gizi.
Penggunaan
lingkar lengan atas sebagai indikator status gizi, disamping digunakan secara
tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya LLA/U dan LLA/TB
yang juga sering disebut Quack Stick.
B.
General
Motor Ability
1.
Pengertian
General
motor ability secara harfiah berarti kemampuan gerak dasar. Motor ability
menurut Nurhasan (2007) adalah kemampuan umum seseorang untuk bergerak. Secara
lebih spesifik mengenai pengertian motor ability adalah kapasitas seseorang
untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam
olahraga.
Untuk
mengukur kemampuan gerak dasar seseorang, diperlukan adanya tes. Johnson dan
Nelson (1969) mengemukakan mengenai tes motor ability terdiri dari beberapa
jenis butir tes yang mengukur mengenai aspek kecepatan, daya, kelincahan,
koordinasi mata dan tangan serta keseimbangan. Disamping itu kadang-kadang
terdapat butir-butir tes yang mengukur mengenai aspek kekuatan dan endurance.
Johnson
dan Nelson (1969), mengemukakakn tentang kegunaan tes motor ability adalah
sebagai berikut :
a.
Sebagai alat untuk mengkelompokkan siswa-siswa
ke dalam kelompok yang homogen.
b.
Sebagai alat untuk mendiagnosa terhadap
kekurangan-kekuranagn mengenai kemampuan gerak
c.
Sebagai bentuk motivasi siswa, sehingga
ia mampu menilai status dirinya dan catatan mengenai pengembangannya.
d.
Sebagai salah satu dari sekian banyak
pengukuran untuk prognosis tujuan.
e.
Sebagai suatu tes kemampuan fisik
(physical achievement).
2.
Jenis Tes
General Motor Ability
a.
Carpenter Motor Ability Tes
Tujuan
|
:
|
Mengukur kemampuan gerak secara umum siswa-siswi
sekolah dasar kelas 1, 2 dan 3 untuk laki-laki dan perempuan.
|
Perlengkapan/alat
|
:
|
Matras, pita pengukur, peluru yang beratnya 4 Lbs.
dan formulir tes.
|
Butir-butir tes
|
:
|
1.
Standing Broad jump
2.
Shot-put
3.
Berat badan
|
b.
Barrow Motor Ability Tes
Tujuan
|
:
|
Membuat klasifikasi, bimbingan dan penentuan
prestasi.
|
Level
|
:
|
Mahasiswa pria, siswa pria sekolah Menengah Atas
dan siswa Sekolah Menengah Pertama
|
Perlengkapan/alat
|
:
|
Matras, pita pengukur, bola Soft Ball, stop watch,
bola basket dan tongkat.
|
Butir-butir tes
|
:
|
1.
Standing Broad jump
2.
Soft Ball Throw
3.
Zig-zag Run
4.
Wall Pass
5.
Medicine Ball Put
6.
Lari cepat 50 meter
|
C.
Status
Gizi dan General Motor Ability
Status gizi
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Variabel yang
dimaksud, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar
lengan, dan panjang tungkai.
Status gizi
dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.
Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan
tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin
(Almatsir, 2001).
Sinclair (1991) mengatakan bahwa kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh
keadaan kesehatan dan status gizi baik anak perempuan maupun anak laki-laki. Untuk mengukur status gizi diantara beberapa
metode, pengukuran antropometri adalah relatif paling sederhana dan banyak
dilakukan (Soekirman, 2000). Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak
dapat ditentukan apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau
buruk. Dan untuk mengetahui kemampuan gerak siswa peneliti
menggunakan Barrow Motor Ability Tes, dimana penjelasannya sebagai berikut :
Tujuan
|
:
|
Membuat klasifikasi, bimbingan dan penentuan
prestasi.
|
Level
|
:
|
Mahasiswa pria, siswa pria sekolah Menengah Atas
dan siswa Sekolah Menengah Pertama
|
Perlengkapan/alat
|
:
|
Matras, pita pengukur, bola Soft Ball, stop watch,
bola basket dan tongkat.
|
Butir-butir tes
|
:
|
1.
Standing Broad jump
2.
Soft Ball Throw
3.
Zig-zag Run
4.
Wall Pass
5.
Medicine Ball Put
6.
Lari cepat 50 meter
|
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang dipergunakan
untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian yang akan penulis lakukan adalah
berusaha untuk mencari hubungan antara status gizi dengan general motor ability
siswa SMA Negeri 1 Ciamis. Untuk mengungkapkan permasalahan ini, maka digunakan
metode deskriptif. Metode ini dipilih karena sesuai dengan yang dilakukan,
yaitu bersifat menggambarkan data yang ada, dalam hal ini Surakhmad (1990:139)
menyatakan bahwa,
“penelitian deskriptif bertujuan pada
pemecahan masalah yang ada sekarang ........ pelaksanaan metode-metode
deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data itu.
Karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan
persamaan dan perbedaan fenomena tersebut”
Sesuai dengan penjelasan diatas, dalam
penyelesaian penelitian ini, penulis melakukan beberapa langkah, yaitu :
1.
Proses
pengumpulan data yang diperlukan.
2.
Menganalisis
hasil pengolahan data kemudian dilakukan interprestasi berdasarkan teori atau
konsep untuk melihat hubungan antara fakta.
3.
Melaporkan hasil
penelitian secara keseluruhan dalam bentuk penulisan skripsi
B. Desain
Penelitian
Untuk
memudahkan perolehan data yang signifikan, penulis menetapkan analisis datanya
dengan teknik korelasional. Mengenai makna dari korelasional ini dijelaskan
oleh Sudjana (1992:78) sebagai berikut :
“Makna dari korelasi yang dinotasikan dalam huruf
r (kecil) mengandung tiga hal. Pertama, kekuatan hubungan antara variabel,
kedua signifikansi statistik hubungan kedua variabel tersebut dan ketiga arah
korelasi.
Kekuatan hubungan dapat dilihat dari besar
kecilnya indeks korelasi. Nilai yang mendekati nol berarti lemahnya hubungan
dan sebaliknya nilai yang mendekati satu menunjukkan kuatnya hubungan.”
C. Populasi dan
Sampel
Dalam penelitian, istilah populasi berarti
keseluruhan objek yang akan kita teliti baik berupa manusia, benda, maupun
nilai tidak menutup kemungkinan peristiwa pun biasa jadi sebagai populasi.
bertolak dari pendapat yang telah saya kemukakan di atas maka saya akan
mengambil yang menjadi populasi dalam penelitian yang saya buat adalah Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Ciamis.
Istilah sampel tidak lain adalah bagian dari
populasi yang kita ambil dengan sampel tertentu sehingga nantinya akan menjadi
representatif, sehingga nantinya populasi ini akan dijadikan sebagai sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI.
E. Teknik Pengambilan Data dan Analisis Data
Teknik
pengambilan data status gizi dilakukan menggunakan pengukuran Anthropometri dan
General Motor Ability menggunakan Barrow Motor Ability Tes.
1. Antropometri
Secara
umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Pemeriksaan antropometri
dilakukan dengan cara mengukur : tinggi badan, berat badan, lingkar lengan
atas, tebal lemak tubuh (triceps, biseps, subscapula dan suprailiaca). Indeks
penilaian yang dianjurkan oleh WHO adalah BB/TB, karena menggambarkan keadaan
masalah gizi waktu sekarang, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang
batas dan klasifikasi status gizi.
Ambang
batas menggunakan persen terhadap median. Median adalah nilai tengah dari suatu
populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengna persnetil 50. Milai median
ini dinyatakan dengan 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase
terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas.
Klasifikasi
status gizi menurut rekomendasi Lokakarya antropometri (1975) serta Puslitbang
Gizi (1978). Baku yang digunakan adalah Harvard.
Kategori
|
BB/TB
|
Gizi Baik
|
100 - 90
|
Gizi Kurang
|
<90 - 70
|
Gizi Buruk
|
<70
|
2.
Barrow Motor Ability Tes
Administrasi
tes.
a.
Standing Broad Jump
Tujuan
|
:
|
Mengukur komponen otot tungkai
|
Alat/fasilitas
|
:
|
Pita ukur, bak pasir/matras, bendera
juri
|
Pelaksanaan
|
:
|
Orang coba berdiri pada papan tolak
dengan lutut ditekuk sampai membentuk sudut ± 45o kedua lengan
lurus ke belakang. Kemudian orang coba menolak ke depan dengan kedua kaki
sekuat-kuatnya dan mendarat dengan kedua kaki. Orang coba diberi kesempatan 3
(tiga) kali percobaan.
|
Skor
|
:
|
Jarak lompatan terbaik yang diukur
mulai dari dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/badan yang terdekat
dengan papan tolak, dari 3 kali percobaan.
|
b.
Soft Ball Throw
Tujuan
|
:
|
Mengukur power otot lengan
|
Alat/fasilitas
|
:
|
Bola soft ball dan pita pengukur
|
Pelaksanaan
|
:
|
Subyek melemparkan bola soft ball
sejauh mungkin di belakang garis batas. Subyek diberi kesempatan melempar
sebanyak tiga kali lemparan.
|
Skor
|
:
|
Jarak lemparan yang terjauh dari
ketiga lemparan dan dicatat mendekati kaki.
|
c.
Zig-zag Run
Tujuan
|
:
|
Mengukur kelincahan gerak seseorang
|
Alat/fasilitas
|
:
|
Tonggak, stop watch dan diagram
|
Pelaksanaan
|
:
|
Subyek berdiri di belakang garis
start, bila ada aba-aba “ya”, ia lari secepat mungkin mengikuti arah panah
sesuai dengan diagram sampai batas finish, subyek diberi kesempatan melakukan
tes ini sebanyak 3 kali.
Gagal bila menggeserkan tonggak tidak
sesuai pada diagram tes tersebut.
|
Skor
|
:
|
Catat waktu tempuh terbaik dari 3 kali
percobaan dan dicatat sampai sepersepuluh detik.
|
Diagram
Lapangan Tes
d.
Wall Pass
Tujuan
|
:
|
Mengukur koordinasi mata dengan tangan
|
Alat/fasilitas
|
:
|
Bola basket dan Stop watch serta
dinding tembok
|
Pelaksanaan
|
:
|
Subyek berdiri di belakang garis batas
sambil memegang bola basket dengan kedua tangan di depan dada. Bila aba-aba
“ya” diberikan, subyek dengan segera melakukan lempar-tangkap ke dinding
selama 15 detik.
|
Diagram
Lapangan Tes
e.
Medicine Ball Put
Tujuan
|
:
|
Mengukur power otot lengan
|
Alat/fasilitas
|
:
|
Bola medicine (6 pound), pita ukuran,
bendera juri
|
Pelaksanaan
|
:
|
Subyek berdiri di belakang garis batas
sambil memegang bola di depan dada dengan badan condong ± 45o.
Kemudian bola didorong ke depan secepat dan sekuat mungkin sebanyak 3 kali
lemparan.
|
f.
Lari Cepat 50 meter
Tujuan
|
:
|
Mengukur kecepatan
|
Alat/fasilitas
|
:
|
Stop watch, lintasan yang berjarak 60
yard
|
Pelaksanaan
|
:
|
Subyek lari secepat mungkin, dengan
menempuh jarak 60 yard.
Subyek diberi kesempatan melakukan tes
ini hanya satu kali.
|
Skor
|
:
|
Waktu dari mulai aba-aba “ya” sampai
subyek tersebut melewati finish. Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik.
|
|
Analisis
data menggunakan rumus-rumus statistik berdasarkan kutipan dari buku
”Statistik” karangan Sudjana (1996 : 67) dengan langkah-langkah berikut :
1.
Menghitung
rata-rata ()Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
() = nilai rata-rata yang dicari
= jumlah
skor yang didapat
n = banyaknya sampel
2.
Menghitung Standar
Deviasi dengan menggunakan rumus :
S =
Keterangan
:
S
= simpang baku
= jumlah
Xi = nilai
data
= nilai rata-rata
n = banyaknya sampel
3.
Menguji
normalitas.
Uji normalitas yang
dipakai adalah uji normalitas Lilliefors Rumus dengan langkah sebagai berikut,
Sudjana (1996 : 466) :
a.
Menyusun data
dan menentukan rangking skor dari yang terkecil sampai skor yang terbesar
b.
Pengamatan X1,
X2, X3, ......... Xn dijadikan bilangan baku Z1,
Z2, Z3 ........ Zn dengan menggunakan rumus : Z = (X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan
simpangan baku sampel)
c.
Untuk tiap bilangan
baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang :
F = P (Z < Zi). F sebagai distribusi dan P adalah peluang
d.
Berikut
menghitung proporsi Z1, Z2, Z3 ........ Zn
yang lebih kecil atau sama dengan
Zi.
e.
Hitung selisih
F(Zi)-S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
f.
Ambil harga yang
paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga
terbesar itu L0.
Pengujian untuk
mengetahui menerima atau menolaknya H0 kita bandingkan L0 ini
dengan kritis L yang diambil dari daftar yang sesuai dengan taraf nyata yang
dipilih. Kriterianya adalah H0 bahwa populasi berdistribusi normal,
jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar.
Dalam hal lainnya ditolak.
4.
Mencari korelasi
antara variabel penelitian dengan menggunakan rumus :
r =
Setelah diketahui korelasi dari setiap
variabel penelitian dilanjutkan dengan pengujian signifikansi koefisien korelasi
dengan cara melihat tabel “Product Moment”
dengan kriteria sebagai berikut : terima H0 bila r hitung lebih
kecil dari r tabel dan sebalikya tolak H0 bila r hitung lebih besar
dari r tabel.
§ Hipotesis ditolak apabila L0 > Ltabel.
Kesimpulannya adalah populasi berdistribusi tidak normal.
§ Hipotesis diterima apabila L0 < Ltabel.
Kesimpulan adalah populasi berdistribusi.
5.
Menguji signifikansi
koefisien korelasi dengan rumus :
t = dengan
kriteria :
Dimana
distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n-2) dalam hal lainnya H0 ditolak.
6.
Analisis
korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisian determinasi, dengan cara
mengkuadratkan koefisien korelasi yang ditemukan, kemudian dikalikan dengan
100. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi atau hubungan
diantara variabel penelitian. Menghitung koefisien determinasi menggunakan
rumus : r2 = r2 x 100%.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Nurhasan, M.Pd._____. Modul Tes dan
Pengukuran Keolahragaan. Program Studi PJKR Unigal
Drs. Nurhasan, M.Pd.2001.Tes dan
Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan penerapannya.
Direktorat Jenderal Olah Raga: Jakarta Pusat
Supriasa,
I Dewa Nyoman.2001. Penilaian Status Gizi. EGC:Jakarta.
Irianto, Djoko Pekik. 2007. Panduan Gizi
Lengkap Keluarga dan Olahragawan. C.V Andi Offset : Yogyakarta.
Mahendra, Agus.2007.Teori Belajar
Mengajar Motorik.FPOK UPI Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar